SISTEM PENILAIAN AUTENTIK TENTANG KEMAJUAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
SISTEM PENILAIAN AUTENTIK TENTANG
KEMAJUAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
Penilaian
adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan
Standar
Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin perencanaan penilaian
peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara
profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks
sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif,
akuntabel, dan informatif.
Penilaian
autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kunandar (2013:36)
mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam
melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (berdasarkan hasil saja),
menuju penilaian autentik (mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini mampu menggambarkan peningkatan
hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
dan membangun jejaring. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk
penilaian kelas melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek,
tertulis, dan penilaian diri.
Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Inovasi di
bidang pendidikan telah banyak diupayakan oleh pemerintah, baik dalam
pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi guna meningkatkan kualitas
pendidikan. Misalnya, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran,
seminar pendidikan, dan pendidikan lanjutan. Di samping itu, inovasi dalam
pembelajaran telah banyak dilakukan seperti pembelajaran melalui simulasi
komputer, cara belajar siswa aktif atau pendekatan keterampilan proses. Namun
belum menampakkan peningkatan hasil secara signifikan.
Guru
hendaknya secara ideal melaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi
intertaksi antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru. Untuk itu, antara
siswa dan guru menjalankan perannya masing-masing. Guru membelajarkan siswa dan
siswa belajar bagaimana belajar. Dengan kata lain dalam pembelajaran harus terjadi
interaksi yang bersifat multi arah (Dimyanti dan Mudjiono, 1994:120) Interaksi
multi arah akan terjadi bila guru telah mempersiapkan administrasi, materi, dan
media pembelajaran yang refresentatif yang akan digunakan dalam melaksanakan
pembelajarannya. Saat melaksanakan pembelajaran guru telah terampil menggunakan
delapan keterampilan mengajar dan pada akhir pembelajaran guru telah menemukan
dasar.
Guru memiliki
peran dan kedudukan yang cukup signifikan dalam proses penilaian, yakni orang
yang mengetahui hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta
didik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Maka dari itu dengan penilaian hasil belajar dapat diketahui seberapa besar
keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi atau materi yang telah
diajarkan oleh guru.
Penilaian
dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan
dengan baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, telaah
instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak
lanjut hasil penilaian. Penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan
informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses belajar mengajar.
Sebaliknya, jika terjadi kesalahan dalam penilaian hasil belajar maka akan
terjadi salah informasi tentang kualitas proses belajar mengajar dan pada
akhirnya tujuan pendidikan tidak akan tercapai.
Tercapainya
kompetensi lulusan tidak hanya tergantung pada program pembelajaran namun
terkait langsung dengan penilaian. Johnson (2002) dalam Pantawati (2013: 1)
mengungkapkan bahwa penilaian dapat dilakukan tanpa evaluasi tetapi tidak dapat
mengevaluasi diluar penilaian dan evaluasi dilakukan sesaat sedangkan penilaian
secara terus menerus.
Tujuan penilaian autentik:
(1) perencanaan
penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,
(2) pelaksanaan
penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif,
efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
(3)
pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatif
Intinya
penilaian autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang
sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki
ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki
bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat juga
diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada
umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek.
Adakah kesulitan guru dalam menerapkan penilaian autentuk dalam pembelajaran kimia?
BalasHapuspenilaian autentik menjadi sulit ketika guru belum memahami hal-hal yang menjadi pedoman pada penilaian autentik itu sendiri. sebenarnya penggunaan penilaian autentik lebih kepada mambantu guru dalam memilah-milah keterampiln dan sikat dari diri anak murid. namun ketika guru tidak faham dalam mengaplikasikan penilaian autentik maka akan menjadi kesulitan tersendiri bagi guru untuk menerapkannya.
BalasHapusSuatu sistem penilaian yang lengkap, semestinya terdapat keseimbangan antara penilaian kinerja yang lebih pendek dan juga lebih panjang. Asesmen dapat digunakan untuk melihat keberhasilan KBM yang dilakukan sebagai acuan dalam membuat kegiatan/program baru dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan para siswa dan juga para guru, juga sebagai bahan petimbangan dalam membuat suatu kebijakan-kebijakan. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment), sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment).